Tuesday, August 30, 2016

Mendidik Anak Bersyukur





18Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.
1 Tesalonika 5:18

Ada lebih dari 20 ayat di Alkitab yang memberikan anjuran untuk mengucap syukur kepada Tuhan.  Mengucap syukur bahkan dianjurkan walaupun dalam kondisi hidup yang tertekan. 
Teks di atas adalah penghiburan Paulus kepada jemaat di Tesalonika supaya mereka tetap mengucap syukur walaupun di dalam kesulitan.  Mengapa Paulus menganjurkan mengucap syukur walaupun di dalam kesulitan.  Mengapa ada banyak ayat di Alkitab yang juga menganjurkan mengucap syukur walaupun hidup tertekan?  Mengucap syukur adalah karakter dasar yang secara alamiah ada di dalam diri tiap orang Kristen. 
Jika kita merenungkan dengan serius akan kehidupan Kristen kita, maka kita akan menemukan bahwa hidup kita yang ditebus di dalam Kristus ini adalah hidup yang merupakan pemberian.  Sebagai orang berdosa kita semua layak untuk dihukum.  Dan hukuman atas dosa adalah kematian kekal.  Tetapi Tuhan menebus kita di dalam Kristus dan menganugerahkan hidup kekal kepada kita sekalian.  Maka respon yang paling otentik dan alamiah atas anugerah Tuhan adalah mengucap syukur.


Tetapi mengucap syukur tidak dengan gampang diinternalisasi dalam diri kita.  Anak-anak yang belum mengerti pergumulan kosmik tersebut akan sangat sulit menginternalisasikan ucapan syukur.  Karena mereka belum menyadari betapa hidup mereka telah ditebus oleh darah Kristus yang tidak harus mengorbankan diriNya.  Tetapi anak-anak bisa sejak dini diajari untuk belajar mengucap syukur.  Metodenya sederhana, yaitu dengan orang tua sendiri mengucap syukur dalam setiap keadaan yang mengijinkan.  Misalnya yang paling umum adalah pada saat hendak makan.  Anak-anak menyaksikan dan menyerap apa yang dilakukan orang tuanya sampai kepada level detil sekali.  Maka mulai dari hal yang paling sederhana orang tua bisa mengekspresikan ucapan syukur.  Bersyukur karena Tuhan memelihara hidup mereka.  Bersyukur karena Tuhan memberi mereka makan yang secukupnya.  Bersyukur karena mereka boleh mengenal Tuhan.  Kebiasaan bersyukur ini akan ditiru oleh anak-anak, sehingga ketika tiba waktunya anak mulai belajar berdoa anak boleh memulai doanya dengan ucapan syukur kepada Tuhan.

Suatu saat anak mungkin akan bertanya dengan serius kepada orang tua mengenai mengapa harus bersyukur kepada Tuhan.  Pada saat itulah kesempatan dibukakan dengan sangat lebar oleh Tuhan untuk orang tua boleh memberikan instruksi dan penjelasan kepada anaknya mengapa bersyukur.  Ketika kebiasaan melalui model orang tua dan instruksi yang benar bertemu di situlah terjadi pengertian yang dalam.  Jalan menuju internalisasi akan terbuka ddengan lebar sehingga anak boleh secara langsung berinteraksi dengan Tuhan dalam pengertian yang baru, bukan hanya melalui kebiasaan.  Ketika hal ini terjadi maka pendidikan yang baik boleh berjalan.  Nah pe-er yang sulit adalah memelihara konsistensi dalam mengucap syukur.  Khususnya ketika ada tekanan hidup dan kesulitan yang melingkupi.  Disinilah ujian ucapan syukur yang otentik menjadi nyata.  Anak-anak akan terus memperhatikan perilaku orang tuanya.  Maka jika terjadi ketidakkonsistenan dalam hal pengucapan syukur maka anak akan mengalami kesulitan dalam pemahaman.  Tetapi ketidakkonsistenan umum terjadi, karena kita adalah manusia berdosa.  Inipun adalah kesempatan belajar yang baik.  Yaitu ketika orang tua boleh kembali kepada jalur mengucap syukur walaupun sempat sulit bersyukur.

Perlu diingat bahwa mengucap syukur adalah dasar dalam karakter Kristiani.  Maka jika orang Kristen tidak mengucap syukur adalah suatu ketidakcocokan yang sangat serius dalam perilaku Kristiani.  Orang Kristen yang tidak bersyukur adalah seperti orang yang belum ditebus.  Kehidupan daging lebih mendominasi yaitu menggerutu, komplain, dan protes kepada Tuhan, dan ini bukanlah hidup Kristiani.  Dalam segala hal, Paulus katakan, haruslah kita mengucap syukur, karena itulah kehendak Tuhan di dalam Kristus bagi kita umatNya.  Bukannya Tuhan itu gila hormat, tetapi ini adalah hal yang sudah sepantasnya.  Orang yang diselamatkan hidupnya oleh orang lain ketika dia hampir tenggelam pasti akan bersyukur tanpa henti kepada orang yang menolongnya.  Demikianlah kita yang sudah diselamatkan dari neraka yang menyala-nyala.  Dan anak-anak kita pun perlu diajarkan untuk mengucap syukur, sehingga mereka boleh belajar menghidupi kehidupan Kristiani yang seharusnya dan yang sesuai dengan keberadaan kita di dalam Kristus.

No comments: