Tuesday, August 30, 2016

Ibu Rumah Tangga atau Wanita Karir?




10Isteri yang cakap siapakah akan mendapatkannya?  Ia lebih berharga dari pada permata.  11Hati suaminya percaya kepadanya, suaminya tidak akan kekurangan keuntungan.  12Ia berbuat baik kepada suaminya dan tidak berbuat jahat sepanjang umurnya.  13Ia mencari bulu domba dan rami, dan senang bekerja dengan tangannya.  14Ia serupa kapal-kapal saudagar, dari jauh ia mendatangkan makanannya.  15Ia bangun kalau masih malam, lalu menyediakan makanan untuk seisi rumahnya, dan membagi-bagikan tugas kepada pelayan-pelayannya perempuan. 
16Ia membeli sebuah ladang yang diingininya, dan dari hasil tangannya kebun anggur ditanaminya.  17Ia mengikat pinggangnya dengan kekuatan, ia menguatkan lengannya.  18Ia tahu bahwa pendapatannya menguntungkan, pada malam hari pelitanya tidak padam.  19Tangannya ditaruhnya pada jentera, jari-jarinya memegang pemintal.  20Ia memberikan tangannya kepada yang tertindas, mengulurkan tangannya kepada yang miskin.  21Ia tidak takut kepada salju untuk seisi rumahnya, karena seluruh isi rumahnya berpakaian rangkap.  22Ia membuat bagi dirinya permadani, lenan halus dan kain ungu pakaiannya.  23Suaminya dikenal di pintu gerbang, kalau ia duduk bersama-sama para tua-tua negeri.  24Ia membuat pakaian dari lenan, dan menjualnya, ia menyerahkan ikat pinggang kepada pedagang.  25Pakaiannya adalah kekuatan dan kemuliaan, ia tertawa tentang hari depan.  26Ia membuka mulutnya dengan hikmat, pengajaran yang lemah lembut ada di lidahnya.  27Ia mengawasi segala perbuatan rumah tangganya, makanan kemalasan tidak dimakannya.  28Anak-anaknya bangun, dan menyebutnya berbahagia, pula suaminya memuji dia: 29Banyak wanita telah berbuat baik, tetapi kau melebihi mereka semua.  30Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi isteri yang takut akan TUHAN dipuji-puji.  31Berilah kepadanya bagian dari hasil tangannya, biarlah perbuatannya memuji dia di pintu-pintu gerbang!
Amsal 31:10-31

Teks Alkitab ini memang tidak langsung berbicara mengenai ibu, tetapi ada kualitas ibu yang disentuh di dalam teks ini yang merupakan satu paket dengan kualitas istri yang bijaksana.  Secara khususnya yaitu bahwa ibu ini mengatur rumah tangganya dengan sangat baik sehingga semua kebutuhan rumah tangga terpenuhi.  Baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan spiritual.  Ibu ini dengan giat menyiapkan dan menyediakan semua kebutuhan rumah tangga bagi seisi rumahnya.  Ibu ini juga dikatakan membuka mulutnya dengan hikmat, sehingga dia pun mengajar dengan bijaksana.  Maka kebutuhan jasmani dan rohani dipenuhi dengan baik.  Inilah gambaran ibu rumah tangga yang ideal.  Teks seperti ini hanya muncul satu kali di seluruh Alkitab.  Amsal 31 ini adalah satu-satunya tempat ditemukannya pengajaran dan penggambaran ibu rumah tangga yang dianggap ideal.  Maka setiap kata di dalam teks ini perlu diperhatikan dengan seksama.

Di zaman modern ini kita akan sangat sulit menganggap penggambaran di Amsal 31 ini dengan serius.  Teks inipun adalah salah satu teks yang paling jarang dikhotbahkan di zaman modern ini.  Alasannya sederhana, yaitu karena dianggap tidak lagi relevan dengan konteks zaman yang mana para ibu banyak yang lebih memilih peran sebagai wanita karir.  Saya tidak akan memberikan penilaian mana lebih baik dari mana atau mana boleh mana tidak.  Biarlah masing-masing memikirkan hal ini lebih dalam dan mengambil keputusan sendiri yang dipertanggungjawabkan sendiri di hadapan Tuhan.  Tetapi saya akan menjelaskan disini secara singkat gambaran di Amsal 31 ini dalam kaitannya dengan pendidikan anak-anak yang lahir bagi kita.

Tidak bisa disangkali bahwa anak-anak yang lahir bagi kita adalah tanggungjawab kita.  Tidak ada satu orang tua pun yang bisa atau boleh mengatakan bahwa anak yang lahir bagi mereka adalah bukan tanggungjawab mereka.  Tanggungjawab pemeliharaan dan pendidikan adalah lebih berat dan serius semakin muda usia anaknya.  Ini sebab semakin muda anak maka semakin bergantunglah anak kepada orang tua.  Dan orang tualah yang diberikan oleh Tuhan kasih yang pertama dan yang paling alami kepada anak-anak mereka sendiri.  Kasih ini menjadi dasar yang sangat penting dalam usaha pendidikan.  Tanpa kasih maka pendidikan tidak akan berjalan dengan baik.  Orang tualah yang mempunyai visi untuk kehidupan anak-anaknya.  Orang tualah yang memiliki harapan atas masa depan anak-anaknya.  Dengan kata lain, orang tua tidak bisa digantikan oleh siapapun dalam domain tersebut.  Jika digantikan, maka pasti ada reduksi dalam kualitas. Yang jelas kualitas kasihnya akan berbeda.  Bersamaan dengan itu adalah kualitas harapan dan visi.  Jika hal ini diterapkan kepada diskusi pilihan menjadi ibu rumah tangga atau wanita karir, maka perlu disadari bahwa untuk anak-anak yang masih relatif muda, keberadaan ibu di rumah masih tetap menjadi pilihan terbaik untuk kebutuhan anak-anaknya.  Tidak juga dapat dipungkiri bahwa ketika ibu memilih untuk berkarir dan harus meninggalkan anak-anaknya, maka secara otomatis ada pendelegasian tugas untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya.  Di dalam asumsi ayah yang juga bekerja, maka pendelegasian seringkali jatuh kepada orang lain yang bukan termasuk kepada keluarga inti.  Bisa jatuh ke keluarga yang lain seperti paman atau bibi atau kakek atau nenek.  Jika tidak ada anggota keluarga lain yang bisa, maka pendelegasian akan jatuh kepada orang yang benar-benar asing, orang upahan.  Semakin jauh dari konteks keluarga, semakin kasih, visi, dan harapan tersebut akan terreduksi.  Tanpa menyebutkan hal tentang kualitas sentuhan, pandangan, perkataan, sikap dalam menghadapi sesuatu, perilaku keagamaan, instruksi akan mana yang benar mana yang salah, mana yang baik mana yang jahat, termasuk waktu kebersamaan dan pengetahuan yang bertumbuh dengan pengenalan satu sama lain.  Ini adalah hal-hal yang perlu dengan serius dipikirkan ketika hendak mengambil keputusan apakah akan menjadi ibu rumah tangga atau mengejar karir.

Pilihan yang manapun pasti akan ada yang dikorbankan.  Memilih menjadi ibu rumah tangga akan mengorbankan income yang mungkin didapat jika menjadi wanita karir, dan juga aktualisasi diri melalui profesionalitas dan keahlian diri juga mau tidak mau akan terreduksi dan bukan tidak mungkin akan dikorbankan, belum lagi soal kehormatan yang bisa didapat dari masyarakat yang harus dikorbankan jika memilih menjadi ibu rumah tangga.  Memilih jalur karir pun juga ada yang perlu dikorbankan.  Waktu untuk bersama anak jelas akan dikorbankan.  Karena waktu prime pasti akan didedikasikan untuk karir, sehingga anak akan mendapat waktu setelah tubuh dan mental lelah.  Pengorbanan ini signifikan sebab banyak hal yang lain yang akhirnya ikut dikorbankan, seperti yang disebutkan di paragraf sebelumnya.  Kembali kepada pemilihan antara menjadi ibu rumah tangga atau wanita karir.  Jika tidak ada anak, maka pilihan akan menjadi lebih mudah.  Tetapi ketika anak lahir, maka pilihan menjadi berlipat-lipat kesulitannya.  Semuanya akhirnya akan berpulang kepada masing-masing pribadi.  Di sini saya hanya bisa memberikan wawasan supaya para ibu boleh mengambil keputusan yang baik dan yang boleh dipertanggungjawabkan dengan serius di hadapan Tuhan.  Tentunya ini bukan pergumulan yang gampang, dan bukan pergumulan yang bisa diselesaikan dalam satu malam.  Tetapi pergumulan ini biasanya akan terus menggantung di dalam diri sepanjang hidup.

No comments: