22Hai
isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, 23karena
suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat.
Dialah yang menyelamatkan tubuh. 24Karena itu sebagaimana
jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala
sesuatu.
Efesus 5:22-24
Siapakah istri? Apa yang
harus dilakukan sebagai istri? Bagaimanakah istri harus bersikap terhadap
suami? Rahasia ini disingkapkan oleh Alkitab supaya para istri menghidupi
identitas diri yang benar. Dunia tidak mengetahui rahasia ini.
Yaitu bahwa dari awal Tuhan memang sudah mendesain perempuan sedemikian rupa
untuk mengambil posisi sebagai istri terhadap laki-laki yang menjadi
suaminya. Kata yang dipakai
untuk suami dan istri adalah menggunakan bentuk tunggal. Sehingga hanya
boleh ada satu suami untuk satu istri. Implikasi dari desain dari Tuhan
ini adalah bahwa hanya boleh ada satu suami dan satu istri yang dipersatukan
Allah di dalam satu keluarga. Maka poligami adalah penyimpangan karena
dosa. Kedua adalah bahwa hanya perempuan boleh menjadi istri bagi suami
yang adalah laki-laki. Di dalam bahasa asli Alkitab, baik Ibrani dan
Yunani, kata untuk perempuan sama dengan kata untuk istri, demikian juga kata
untuk laki-laki sama dengan kata untuk suami. Dunia
ini sudah menjadi kacau sekali sehingga orang tidak lagi memahami prinsip
ini. Ada
perempuan menikah dengan perempuan, satu menjadi suami yang satu menjadi
istri. Ada
laki-laki menikah dengan laki-laki, yang satu menjadi suami yang lain menjadi
istri. Ini adalah penyimpangan karena dosa.
Istri adalah perempuan.
Bukan seseorang yang sebetulnya terlahir laki-laki tetapi berpikir dan percaya
bahwa dirinya adalah perempuan. Tetapi istri adalah harus perempuan yang
terlahir sebagai perempuan dan menyadari serta menerima dan menghidupi diri
sebagai perempuan sesuai dengan yang ditentukan Tuhan bagi dia sebagai gender
dia yang terekspresikan secara fisik. Tetapi istri bukan semua
perempuan. Istri hanya bisa menyandang posisi istri jika dia menikah
dengan seorang laki-laki yaitu suaminya. Inilah hakekat yang sejati dari
seorang istri. Yaitu seperti yang disebutkan Rasul Paulus di Efesus 5:31
yang mengutip dari kejadian 2:24, seorang laki-laki akan meninggalkan ayah
ibunya dan bersatu dengan istrinya dan menjadi satu daging.
Apa yang menjadi ekspresi yang
seharusnya seorang istri terhadap suaminya? Paulus menjawab dengan
rujukan teologis, yaitu bahwa seorang istri seharusnya tunduk kepada suaminya
seperti gereja tunduk kepada Kristus. Pengertian tunduk adalah dijelaskan
oleh Rasul Paulus dalam kaitannya dengan posisi suami yang adalah kepala istri
sama seperti Kristus adalah kepala gereja. Kata tunduk dalam ayat 22
sebetulnya adalah ditambahkan, yang mana dalam bahasa aslinya tidak ada kata
tunduk di ayat tersebut. Kata tunduk hanya muncul satu kali di ayat 24
dalam bentuk pasif, yang mana artinya adalah lebih kepada “diletakkan dalam
ketundukan.” Disini kita melihat pentingnya memahami posisi yang
ditetapkan oleh Tuhan yang berimplikasi kepada sikap dan perilaku. Secara teologis Paulus memberikan analogi hubungan gereja
terhadap Kristus, yaitu gereja diletakkan dalam ketundukan kepada
Kristus. Tuhan meletakkan dan menetapkan gereja untuk tunduk kepada
Kristus. Demikian juga istri diletakkan dan ditetapkan oleh Tuhan untuk
tunduk kepada suami. Sehingga implikasinya adalah bukan hanya pada
masalah istri bersikap dan berprilaku tunduk kepada suami, tetapi juga
bagaimana istri menerima posisi yang sudah ditetapkan oleh Tuhan untuk tunduk
kepada suami. Ini masalah iman. Ini masalah ketaatan kepada
Tuhan. Ayat-ayat perikop ini tidak boleh dieksploitasi oleh suami untuk
memaksa istri menjadi pembantu atau budak dia. Ayat-ayat
ini adalah bagi istri supaya istri tahu tempat dia yang semestinya. Untuk
suami Tuhan sudah mengatur di bagian perikop setelah perikop ini, yaitu ayat
25-33. Ketundukan istri diperintahkan oleh Tuhan dan istri semestinya
mentaati perintah Tuhan. Dengan demikian, ketika istri bersikap tunduk
kepada suami, disitu istri tunduk kepada Tuhan dan taat kepadaNya. Ini
adalah keagungan identitas seorang istri.
Hakekat sejati istri sesuai
dengan yang dimaksud oleh Tuhan sejak semula
merupakan kemuliaan yang diberikan Allah kepada istri. Maka dari itu
adalah sikap yang benar dan hormat ketika istri dengan sungguh-sungguh
mengekspresikan ketundukannya kepada suaminya seperti gereja tunduk kepada
Kristus. Disinilah letak
kebenaran dan ketepatan identitas, status, dan posisi sebagai istri.
No comments:
Post a Comment