25Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah
mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya 26untuk
menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan
air dan firman, 27supaya dengan demikian Ia menempatkan
jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang
serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela. 28Demikian
juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri:
Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. 29Sebab
tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan
merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat, 30karena
kita adalah anggota tubuh-Nya. 31Sebab itu laki-laki
akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga
keduanya itu menjadi satu daging.
Efesus
5:25-31
Siapakah
suami? Apa yang harus dilakukan sebagai suami? Bagaimanakah suami
harus bersikap terhadap istri? Rahasia ini disingkapkan oleh Alkitab
supaya para suami menghidupi identitas diri yang benar. Dunia tidak
mengetahui rahasia ini. Yaitu bahwa dari awal Tuhan memang sudah
mendesain laki-laki sedemikian rupa untuk mengambil posisi sebagai suami
terhadap perempuan yang menjadi istrinya. Kata yang dipakai untuk suami dan istri
adalah menggunakan bentuk tunggal. Sehingga hanya boleh ada satu suami untuk
satu istri. Implikasi dari desain dari Tuhan ini adalah bahwa hanya boleh
ada satu suami dan satu istri yang dipersatukan Allah di dalam satu
keluarga. Maka poligami adalah penyimpangan karena dosa. Kedua
adalah bahwa hanya laki-laki boleh menjadi suami bagi istri yang adalah
perempuan. Di dalam bahasa asli Alkitab, baik Ibrani dan Yunani, kata
untuk laki-laki sama dengan kata untuk suami, demikian juga kata untuk
perempuan sama dengan kata untuk istri. Dunia
ini sudah menjadi kacau sekali sehingga orang tidak lagi memahami prinsip
ini. Ada
perempuan menikah dengan perempuan, satu menjadi suami yang satu menjadi
istri. Ada
laki-laki menikah dengan laki-laki, yang satu menjadi suami yang lain menjadi
istri. Ini adalah penyimpangan karena dosa.
Suami
adalah laki-laki. Bukan seseorang yang sebetulnya terlahir perempuan
tetapi berpikir dan percaya bahwa dirinya adalah laki-laki. Tetapi suami
adalah harus laki-laki yang terlahir sebagai laki-laki dan menyadari serta
menerima dan menghidupi diri sebagai laki-laki sesuai dengan yang ditentukan
Tuhan bagi dia sebagai gender dia yang terekspresikan secara fisik.
Tetapi suami bukan semua laki-laki. Suami hanya bisa menyandang posisi
suami jika dia menikah dengan seorang perempuan yaitu istrinya. Inilah
hakekat yang sejati dari seorang suami. Yaitu seperti yang disebutkan
Rasul Paulus di ayat 31 yang mengutip dari kejadian 2:24, seorang laki-laki
akan meninggalkan ayah ibunya dan bersatu dengan istrinya dan menjadi satu
daging.
Apa
yang menjadi ekspresi yang seharusnya seorang suami terhadap istrinya?
Paulus menjawab dengan rujukan teologis, yaitu bahwa seorang suami seharusnya
mengasihi istrinya seperti Kristus mengasihi gereja. Kata kasih adalah
satu kata yang termasuk paling disalahgunakan di dalam perkataan manusia.
Kata kasih menjadi rancu, kabur, dan murahan. Maka itu kata yang agung
ini diperjelas oleh Paulus dengan definisi yang dalam sehingga orang tidak
mengaburkan makna kasih yang seorang suami seharusnya ekspresikan kepada
istrinya. Kasih yang dimaksudkan adalah kasih dimana suami bahkan rela
mengorbankan dirinya bagi istrinya. Model utamanya adalah Yesus Kristus
yang mengorbankan diriNya demi gereja. Pengorbanan
ini bukanlah pengorbanan yang sembarangan untuk menuruti keinginan liar
istri. Tetapi pengorbanan ini adalah pengorbanan mulia yang adalah
membawa seseorang mencapai status mulia, suci, dan tanpa cela. Demikian
Kristus tidak mengorbankan diri supaya gereja boleh semau-mau sendiri
menjalankan kehidupan bergerejanya. Kristus mengorbankan diri sehingga
gereja, yang mana para anggotanya semua seharusnya masuk ke neraka karena dosa,
dapat diselamatkan dari hukuman maut dan memperoleh kehidupan kekal.
Gereja akhirnya disucikan di dalam darah Kristus untuk berdiri di hadapan Tuhan
di dalam kesucian yang murni. Dengan referensi kasih pengorbanan seperti
yang Kristus lakukan inilah Paulus menginstruksikan untuk suami mengasihi
istrinya sendiri.
Hakekat
sejati suami sesuai dengan yang dimaksud oleh Tuhan sejak semula
merupakan kemuliaan yang diberikan Allah kepada suami. Maka dari itu
adalah sikap yang benar dan hormat ketika suami dengan sungguh-sungguh
mengekspresikan kasihnya kepada istrinya seperti Kristus mengasihi
gereja. Disinilah letak kebenaran dan ketepatan identitas, status, dan
posisi sebagai
No comments:
Post a Comment