Mengarahkan
Pergaulan Anak
1 Korintus 15:33
Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi
siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang.
Amsal 13:20
34Mereka tidak memunahkan bangsa-bangsa,
seperti yang diperintahkan TUHAN kepada mereka,
35tetapi mereka bercampur baur dengan bangsa-bangsa,
dan belajar cara-cara mereka bekerja.
36Mereka beribadah kepada berhala-berhala mereka,
yang menjadi perangkap bagi mereka.
37Mereka mengorbankan anak-anak lelaki mereka, dan
anak-anak perempuan mereka kepada roh-roh jahat,
38dan menumpahkan darah orang yang tak bersalah,
darah anak-anak lelaki dan anak-anak perempuan mereka, yang
mereka korbankan kepada berhala-berhala Kanaan, sehingga negeri itu cemar oleh
hutang darah.
39Mereka menajiskan diri dengan
apa yang mereka lakukan, dan berzinah dalam perbuatan-perbuatan
mereka.
40Maka menyalalah murka TUHAN terhadap
umat-Nya, dan Ia jijik kepada milik-Nya sendiri.
Mazmur 106:34-40
Sejak orang Israel keluar dari Mesir,
Tuhan sudah berulang kali mengingatkan supaya mereka tidak bercampur dengan orang-orang
di Kanaan. Ini bukan masalah
toleransi atau tidak toleransi dalam hidup masyarakat yang majemuk.
Ini adalah masalah pengaruh buruk.
Pada masa itu penyembahan berhala ada di semua bangsa yang lain. Hanya bangsa Israel yang mengenal Allah yang
benar. Cara hidup orang zaman itu
ditentukan oleh penyembahan kepada allah mereka. Pola penyembahan, pengertian mengenai allah
mereka, konsep persembahan, dan lain sebagainya adalah dasar dari kehidupan
mereka baik secara individu maupun secara sosial. Kalau allah nya
tidak beres maka hidup mereka pun tidak beres.
Karena hanya Tuhan lah
Allah yang sejati, maka hanya orang Israel sajalah yang menjalankan kehidupan
yang beres. Allah menjaga kehidupan
umatNya sedemikian pelanggaran terhadap hukumNya selalu menemui pengadilan
Allah. Tetapi bangsa-bangsa lain tidak
demikian. Mereka beroperasi di bawah
allah yang tidak bisa bicara, yang tidak bisa melihat, yang tidak bisa
mendengar, yang tidak bisa berjalan, maka hati mereka adalah hati yang mati. Dan kepada kehidupan yang sedemikianlah Allah
melarang umatNya bercampur.
Terbukti ketika orang Israel mulai
bercampur dengan Kanaan setelah Yosua meninggal maka hidup mereka akhirnya
menyimpang jauh sekali dari jalan kehidupan dan kebenaran. Mazmur 106 mencatat dalam summary nya bagaimana umat Tuhan ini
“menajiskan diri” dan “berzinah” dengan kehidupan yang melawan Tuhan. Secara konkrit orang Israel akhirnya bsujud
menyembah berhala. Dan mereka
mempersembahkan anak-anak mereka kepada yang bukan Allah, dan anak-anak mereka
dibunuh, dibakar, disembelih sehingga darah mereka dicucurkan kepada kerusakan
penyembahan kepada allah-allah palsu. Mereka
menumpahkan darah orang yang takbersalah karena mengikuti cara hidup
Kanaan. Maka Allah murka! Dan Allah menjadi jijik atas umatNya
sendiri. Ini semua dimulai dari
pergaulan mereka. Ini semua diawali dari
percampuran mereka dengan bangsa Kanaan, sehingga mereka mulai mentoleransi
kehidupan orang Kanaan, dan pada akhirnya mereka sendiri menjadi tertarik
dengan cara hidup Kanaan yang melawan Tuhan.
Sampai mereka dengan sadar memilih
jalan hidup Kanaan dan membuang jalan hidup taurat Tuhan.
Paulus memahami hal ini dan dia
memberi peringatan kepada jemaat di Korintus bahwa pergaulan yang buruk
betul-betul merusak kebiasaan yang sudah baik.
Ini karena jemaat Korintus saat itu mulai meninggalkan pengertian yang
benar yang sudah diajarkan oleh Paulus kepada mereka sebelumnya, secara khusus
dalam konteks ayat 1 Korintus 15:33 adalah masalah kebangkitan orang mati. Kelihatannya ada susupan dari
kelompok-kelompok tertentu yang tidak mempercayai bahwa Tuhan membangkitkan
orang mati. Di dalam orang Yahudi ada
grup Zaduki yang tidak percaya kebangkitan, dan di grup orang Yunani filsafat
mereka tidak mengijinkan kepercayaan kepada kebangkitan orang mati. Pergaulan jemaat Korintus yang akhirnya
mentoleransi kepercayaan yang melawan kebenaran Tuhan merusakkan kepercayaan
mereka. Maka Paulus memberikan
peringatan.
Penulis Amsal memberikan kejelasan
mengenai pergaulan, yaitu jika seseorang bergaul dengan orang bijak maka diapun
menjadi bijak, tetapi pergaulan dengan orang bebal (orang yang berjalan dalam
jalan yang salah) membawa orang tersebut kepada kehidupan yang hancur. Dari apa yang sudah diberitakan di Mazmur
sebagai summary dari kisah perjalanan
orang Israel, dan peringatan dari Paulus kepada jemaat Korintus, serta
kesimpulan dari penulis Amsal, maka kita sebetulnya bisa memahami bahwa dalam
kehidupan kita sekarang pun maxim ini
masih merupakan kebenaran yang takterbantahkan.
Sebagai orang tua kita perlu menyadari kebenaran mutlak ini dan mulai
memperhatikan dengan serius dengan siapa anak-anak kita bergaul. Dan kita tahu bahwa anak-anak rentan untuk
dipengaruhi, maka adalah tanggungjawab kita sebagai orang tua untuk menjaga
pergaulan mereka. Secara praktis kita
bisa mencarikan komunitas yang sehat, misal komunitas di gereja, komunitas
anak-anak yang melayani Tuhan, seperti itu.
Dan
yang di abad 21 ini yang sangat perlu dicermati adalah komunitas dunia
maya. Bagi saya, belajar dari peringatan
di Alkitab, dan bagaimana progress di
dunia saat ini perihal komunitas dan pergerakan dunia maya, maka menurut hemat
saya lebih baik anak dibatasi sebanyak mungkin interaksi di dunia maya. Dunia maya adalah dunia yang paling sulit
dikontrol oleh siapapun saat ini.
Informasi, site, yang tidak
kita inginkan bisa tiba-tiba muncul di layar kita hanya karena kita menuliskan keyword yang dikenali di dunia maya
menempatkan informasi dan site
tersebut. Belum lagi dengan kebebasan
perilaku tidak bertanggungjawab yang saat ini marak bertebaran di dunia maya,
yaitu yang dikenal sebagai cyber-bullying. Maka sebaiknya jangan membiarkan anak membuat
account di facebook, twitter, instagram, dan hal serupa di bawah usia 18 tahun. Bahkan sebetulnya social media site demikian juga memberikan batasan usia
mereka-mereka yang boleh sign up,
biasanya 18 tahun ke atas. Sementara itu
orang tua perlu terus mendampingi anak ketika mereka berinteraksi dei dunia
maya. Latih dan biasakan mereka untuk
bergaul dengan anak-anak lain yang masuk kategori anak “bijak.” Kalau saya pribadi, saya sebisa mungkin
mengarahkan anak saya bergaul dengan anak Tuhan. Keterbukaan orang tua dan anak penting
sehingga anak boleh cerita kepada orang tua atas interaksinya dengan anak-anak
lain. Bila ada red-flag yang secara intuisi kita rasakan, maka jangan tunda untuk
menginvestigasi. Jangan sampai anak kita
terjerumus ke dalam perilaku yang berbahaya, drugs, free-sex dan lain-lain (khususnya ketika anak mulai masuk usia pree-teen dan teen). Termasuk jika anak
kita bergaul dengan anak yang secara ideologi melawan Tuhan, maka orang tua
perlu hati-hati untuk membentengi anak sendiri supaya tidak terpengaruh dan
akhirnya mentoleransi, lalu mengadopsi pikiran-pikiran yang melawan Tuhan. Intinya, orang tua perlu peduli dan serius
campur tangan akan pergaulan anak-anaknya.
Penulis Amsal, Amsal 1:8-19, memberikan wejangan kepada anaknya untuk
tidak mengikuti dan bergaul dengan orang-orang yang jahat. Demikian kita sebagai orang tua juga perlu
menjaga anak-anak kita supaya mereka tidak bergaul dengan orang bebal, jahat,
melawan Tuhan, tetapi justru bergaul dengan orang-orang yang bijak, baik, dan
mengasihi Tuhan.
No comments:
Post a Comment