1Kemudian manusia itu bersetubuh dengan Hawa, isterinya, dan mengandunglah perempuan itu, lalu melahirkan Kain; maka kata perempuan itu: "Aku telah mendapat seorang anak laki-laki dengan pertolongan TUHAN." 2Selanjutnya dilahirkannyalah Habel, adik Kain; dan Habel menjadi gembala kambing domba, Kain menjadi petani. 3Setelah beberapa waktu lamanya, maka Kain mempersembahkan sebagian dari hasil tanah itu kepada TUHAN sebagai korban persembahan; 4Habel juga mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya; maka TUHAN mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu, 5tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya. Lalu hati Kain menjadi sangat panas, dan mukanya muram.
Amsal 31:10-31
Kisah Kain dan Habel adalah kisah yang boleh menjadi
pelajaran bagi kita semua supaya kita tidak memperlakukan saudara kandung kita
seperti Kain memperlakukan Habel.
Kemarahan Kain terhadap Habel sebetulnya tidaklah rasional. Karena Habel tidak melakukan apa-apa yang
salah terhadap Kain. Kain bertindak ekstrim terhadap Habel karena Kain iri
terhadap adiknya. Seharusnya Kain
meredam iri hati dia, dan bahkan meredam kemarahan hatinya, dan tidak
melampiaskan kejengkelannya kepada Habel.
Apalagi Habel tidak melakukan kesalahan apa-apa terhadap Kain.
Selain orang tua maka orang yang
paling dekat dengan kita secara alamiah adalah saudara kandung kita. Sejak kecil kita berinteraksi dengan saudara
kandung kita. Sejak kecil kita bermain
bersama saudara kandung kita. Dengan
interaksi yang intens antar saudara kandung tentunya terjadi pengenalan pribadi
dengan dalam. Rasa kasih antar saudara
kandung pula seharusnya terbentuk. Pengertian
keluarga, kedekatan keluarga, rasa kasih antar anggota keluarga seharusnya
terbentuk melalui interaksi dan pengenalan seiring dengan waktu. Maka bukanlah hal yang tak wajar jika saudara
kandung saling melindungi, menjaga, mengasihi, membantu, dan bahkan
berkorban. Tetapi mencapai relasi
seperti ini di konteks kejatuhan dalam dosa bukanlah hal yang mudah. Tentunya ada banyak pergumulan,
pertengkaran, perselisihan yang muncul dalam interaksi antar saudara
kandung. Sifat kekanak-kanakan yang
cenderung egois seringkali menimbulkan perselisihan antar saudara. Peran orang tua menjadi sangat besar sebagai
pendamai dan penegak keadilan. Orang tua perlu memberi model, instruksi, dan juga
menegakkan disiplin kepada anak-anak mereka dalam mereka berrelasi satu sama
lain. Tanpa ada intervensi dari orang
tua, maka anak-anak tidak akan mengerti apa yang seharusnya dilakukan dan apa
yang seharusnya tidak dilakukan.
Arahan dari orang tua inilah yang
akan menjadi modal untuk anak-anak berrelasi satu sama lain. Referensi standar hubungan antar saudara akan
ditujukan kepada orang tua sebagai orang yang dianggap dewasa, bijaksana, dan
memegang otoritas. Penekanan kepada
nilai-nilai kasih dan pengorbanan merupakan instruksi penting yang memimpin
anak-anak mempraktekkan hidup saling mengasihi antar saudara. Sehingga kalaupun ada perselesisihan tetaplah
ada jalan keluar. Pertengkaran antar
saudara kandung tidaklah mengakibatkan pada putusnya hubungan saudara. Tetapi justru menjadi kesempatan terjadinya
pengampunan dan rekonsiliasi. Maka apa
yang dilakukan Kain terhadap Habel adalah gambaran relasi saudara kandung yang
bertolak belakang dari apa yang seharusnya terjadi. Kain tidak melindungi adiknya, bahkan tidak
menghargai nyawa adiknya. Ini karena
Kain tidak mengasihi Habel. Kain
memandang Habel sebagai kompetitor dia.
Maka Kain menganggap Habel sebagai penghalangnya dan oleh karena itu
harus dilenyapkan. Kasih adalah dasar
utama relasi saudara kandung. Apapun
yang hal yang lain tidak akan ada artinya tanpa kasih di pusatnya. Sebab semua tindakan lain yang tidak
didasarkan pada kasih tidak akan menghasilkan relasi yang baik antar
saudara. Hanya kasih yang mampu
mengeliminasi semua perasaan-perasaan negatif yang muncul. Maka satu pelajaran yang paling penting yang
harus dipelajari dalam relasi antar saudara kandung adalah belajar mengasihi. Dan kita belajar mengasihi sedemikian melalui
model yang diberikan Tuhan kita Yesus Kristus yang rela berkorban bagi
saudara-saudaraNya karena kasihNya yang begitu dalam kepada kita semua.
No comments:
Post a Comment