1 Tesalonika 5:18
Ada lebih dari 20
ayat di Alkitab yang memberikan anjuran untuk mengucap syukur kepada
Tuhan. Mengucap syukur bahkan dianjurkan walaupun dalam kondisi hidup yang
tertekan.
Teks di atas adalah penghiburan Paulus kepada jemaat di Tesalonika supaya mereka tetap mengucap syukur walaupun di dalam kesulitan. Mengapa Paulus menganjurkan mengucap syukur walaupun di dalam kesulitan. Mengapa ada banyak ayat di Alkitab yang juga menganjurkan mengucap syukur walaupun hidup tertekan? Mengucap syukur adalah karakter dasar yang secara alamiah ada di dalam diri tiap orang Kristen.
Jika kita merenungkan dengan serius akan kehidupan Kristen kita, maka kita akan menemukan bahwa hidup kita yang ditebus di dalam Kristus ini adalah hidup yang merupakan pemberian. Sebagai orang berdosa kita semua layak untuk dihukum. Dan hukuman atas dosa adalah kematian kekal. Tetapi Tuhan menebus kita di dalam Kristus dan menganugerahkan hidup kekal kepada kita sekalian. Maka respon yang paling otentik dan alamiah atas anugerah Tuhan adalah mengucap syukur.
Teks di atas adalah penghiburan Paulus kepada jemaat di Tesalonika supaya mereka tetap mengucap syukur walaupun di dalam kesulitan. Mengapa Paulus menganjurkan mengucap syukur walaupun di dalam kesulitan. Mengapa ada banyak ayat di Alkitab yang juga menganjurkan mengucap syukur walaupun hidup tertekan? Mengucap syukur adalah karakter dasar yang secara alamiah ada di dalam diri tiap orang Kristen.
Jika kita merenungkan dengan serius akan kehidupan Kristen kita, maka kita akan menemukan bahwa hidup kita yang ditebus di dalam Kristus ini adalah hidup yang merupakan pemberian. Sebagai orang berdosa kita semua layak untuk dihukum. Dan hukuman atas dosa adalah kematian kekal. Tetapi Tuhan menebus kita di dalam Kristus dan menganugerahkan hidup kekal kepada kita sekalian. Maka respon yang paling otentik dan alamiah atas anugerah Tuhan adalah mengucap syukur.
Tetapi mengucap syukur tidak dengan
gampang diinternalisasi dalam diri kita.
Anak-anak yang belum mengerti pergumulan kosmik tersebut akan sangat
sulit menginternalisasikan ucapan syukur.
Karena mereka belum menyadari betapa hidup mereka telah ditebus oleh darah
Kristus yang tidak harus mengorbankan diriNya.
Tetapi anak-anak bisa sejak dini diajari untuk belajar mengucap
syukur. Metodenya sederhana, yaitu
dengan orang tua sendiri mengucap syukur dalam setiap keadaan yang
mengijinkan. Misalnya yang paling umum
adalah pada saat hendak makan. Anak-anak
menyaksikan dan menyerap apa yang dilakukan orang tuanya sampai kepada level
detil sekali. Maka mulai dari hal yang
paling sederhana orang tua bisa mengekspresikan ucapan syukur. Bersyukur karena Tuhan memelihara hidup
mereka. Bersyukur karena Tuhan memberi
mereka makan yang secukupnya. Bersyukur
karena mereka boleh mengenal Tuhan. Kebiasaan
bersyukur ini akan ditiru oleh anak-anak, sehingga ketika tiba waktunya anak
mulai belajar berdoa anak boleh memulai doanya dengan ucapan syukur kepada
Tuhan.
Suatu saat anak mungkin akan bertanya
dengan serius kepada orang tua mengenai mengapa harus bersyukur kepada
Tuhan. Pada saat itulah kesempatan
dibukakan dengan sangat lebar oleh Tuhan untuk orang tua boleh memberikan
instruksi dan penjelasan kepada anaknya mengapa bersyukur. Ketika kebiasaan melalui model orang tua dan
instruksi yang benar bertemu di situlah terjadi pengertian yang dalam. Jalan menuju internalisasi akan terbuka
ddengan lebar sehingga anak boleh secara langsung berinteraksi dengan Tuhan
dalam pengertian yang baru, bukan hanya melalui kebiasaan. Ketika hal ini terjadi maka pendidikan yang
baik boleh berjalan. Nah pe-er yang
sulit adalah memelihara konsistensi dalam mengucap syukur. Khususnya ketika ada tekanan hidup dan
kesulitan yang melingkupi. Disinilah
ujian ucapan syukur yang otentik menjadi nyata.
Anak-anak akan terus memperhatikan perilaku orang tuanya. Maka jika terjadi ketidakkonsistenan dalam
hal pengucapan syukur maka anak akan mengalami kesulitan dalam pemahaman. Tetapi ketidakkonsistenan umum terjadi,
karena kita adalah manusia berdosa.
Inipun adalah kesempatan belajar yang baik. Yaitu ketika orang tua boleh kembali kepada
jalur mengucap syukur walaupun sempat sulit bersyukur.
Perlu diingat bahwa mengucap syukur
adalah dasar dalam karakter Kristiani. Maka
jika orang Kristen tidak mengucap syukur adalah suatu ketidakcocokan yang
sangat serius dalam perilaku Kristiani. Orang
Kristen yang tidak bersyukur adalah seperti orang yang belum ditebus. Kehidupan daging lebih mendominasi yaitu
menggerutu, komplain, dan protes kepada Tuhan, dan ini bukanlah hidup
Kristiani. Dalam segala hal, Paulus
katakan, haruslah kita mengucap syukur, karena itulah kehendak Tuhan di dalam
Kristus bagi kita umatNya. Bukannya Tuhan
itu gila hormat, tetapi ini adalah hal yang sudah sepantasnya. Orang yang diselamatkan hidupnya oleh orang
lain ketika dia hampir tenggelam pasti akan bersyukur tanpa henti kepada orang
yang menolongnya. Demikianlah kita yang
sudah diselamatkan dari neraka yang menyala-nyala. Dan anak-anak kita pun perlu diajarkan untuk
mengucap syukur, sehingga mereka boleh belajar menghidupi kehidupan Kristiani
yang seharusnya dan yang sesuai dengan keberadaan kita di dalam Kristus.
No comments:
Post a Comment