1Inilah perkataan Lemuel, raja Masa, yang diajarkan ibunya kepadanya. 2Apa yang akan kukatakan, anakku, anak kandungku, anak nazarku? 3Jangan berikan kekuatanmu kepada perempuan, dan jalanmu kepada perempuan-perempuan yang membinasakan raja-raja. 4Tidaklah pantas bagi raja, hai Lemuel, tidaklah pantas bagi raja meminum anggur, ataupun bagi para pembesar mengingini minuman keras, 5jangan sampai karena minum ia melupakan apa yang telah ditetapkan, dan membengkokkan hak orang-orang yang tertindas. 6Berikanlah minuman keras itu kepada orang yang akan binasa, dan anggur itu kepada yang susah hati. 7Biarlah ia minum dan melupakan kemiskinannya, dan tidak lagi mengingat kesusahannya. 8Bukalah mulutmu untuk orang yang bisu, untuk hak semua orang yang merana. 9Bukalah mulutmu, ambillah keputusan secara adil dan berikanlah kepada yang tertindas dan yang miskin hak mereka.
Amsal 31:1-9
Berita kehamilan adalah salah satu berita yang
ditunggu-tunggu oleh istri secara umum.
Adalah suatu kebahagiaan yang luar biasa ketika diketahui bahwa diri
menjadi hamil. Istri biasanya tidak
sabar akan kasih tahu suami bahwa dirinya sedang mengandung anak mereka. Di dalam kebahagiaan yang meluap itu
tersimpan juga rasa takut yang besar.
Rasa takut khususnya pada kehamilan pertama memenuhi benak ibu karena
ada begitu banyak hal yang tidak diketahui, ada banyak kemungkinan kesulitan,
dan bahkan bisa menyebabkan kefatalan dalam hidup baik bayi yang dikandung
maupun diri yang sedang mengandung. Ada beban yang berat
karena ada seorang anak kecil yang hidupnya bergantung atas hidup diri
sendiri. Apa yang dimakan, juga akan
memberi efek langsung kepada bayi, apa yang diminum juga demikian, apa yang
dihirup, apa yang dialami, semuanya akan berakibat langsung kepada bayi yang
ada di kandungan. Tanggungjawab yang
besar itu langsung menjadi nyata dalam sekejap mata. Maka secara naluriah ibu akan bersiap-siap
untuk semua hal yang dibutuhkan supaya proses kehamilan boleh berjalan lancar,
bayi sehat, dan proses kelahiran pula boleh berjalan dengan sangat baik. Ibu mulai membaca semua buku yang berisi
informasi penting tentang kehamilan dan kelahiran. Ibu mulai merencanakan hal-hal detil mulai
dari pakaian bayi, ranjang bayi, sampai semua alat-alat yang akan membantu
menyusui dan lain-lain. Ibu pulalah yang paling sadar untuk segera pergi ke
dokter obgyn untuk mengecekkan diri dan bayi.
Lalu ibu akan sangat peduli akan apa yang dimakannya dan vitamin apa
yang harus diambilnya. Begitu banyak
informasi yang harus dipahami dan dimengerti dalam waktu singkat. Maka ibu akan mulai memberi perintah kepada
suami untuk siapkan ini dan itu. Lebih rumit lagi
prosesnya kalau ibu adalah wanita karir, yang mana proses cuti dan rencana ke
depan semua tidak gampang diselesaikan.
Bagi keluarga yang mampu, biasanya ada pembantu dan sudah
berencana untuk membayar jasa suster ketika anak lahir. Bagi sang ibu hal tersebut akan sangat membantu
dirinya dan juga supaya suami boleh lebih konsentrasi kepada pekerjaannya. Sehingga suami akan lebih terbatasi perannya
dalam ikut serta dalam persiapan kelahiran tersebut. Belum lagi biasanya orang tua istri akan ikut
bergairah dan terlibat lebih banyak akan persiapan kelahiran cucu mereka. Baik juga sebenarnya jika bisa ada bantuan
dalam mempersiapkan sehingga boleh mereduksi stress yang ada. Tetapi
kadang kala kesibukan persiapan sangatlah penting untuk persiapan mental ibu
dalam membesarkan anak. Jika sudah
terbiasa dibantu maka ketajaman mental ibu akan terhalangi. Saya pribadi menyarankan untuk mengurangi
bantuan persiapan dengan jasa pembantu atau suster. Sebisa mungkin prsiapan yang berkenaan
langsung dengan diri dan bayi adalah ditangani sendiri untuk mempertajam mental
ibu. Selama bisa mempersiapkan, maka
sang ibu akan persiapan. Karena akan
tiba waktunya dimana sang ibu akan kesulitan sekali, yaitu dimana ibu mengalami
morning sickness yang parah, kehamilan yang sulit, sulit makan dan minum, dan
lain sebagainya. Belum lagi ketika tiba
di trimester yang terakhir dimana
sang ibu akan mulai makan dengan sangat banyak dan tubuh menjadi sangat berat
dan susah bergerak. Maka fokus sang ibu
biasanya adalah pada persiapan kebutuhan fisik baik untuk diri sendiri sebab
akan berakibat langsung kepada bayi, maupun untuk bayi segera setelah lahir,
yaitu kebutuhan pakaian, tempat tinggal, dan makanan. Dalam pikiran sang ibu, dalam masa-masa ini,
jarang memikirkan hal-hal spiritual yang akan dibutuhkan anak. Biasanya konsentrasinya sepenuhnya ada pada
pertumbuhan fisik anak. Ini adalah
kecenderungan alamiah seorang ibu.
Amsal 31:1-9 mengajarkan kepada kita bahwa ibu berperan
sangat penting dalam pertumbuhan spiritual anaknya. Maka seharusnya persiapan untuk menjadi ibu
juga mengikutsertakan persiapan untuk menjadi pendidik spiritual bagi
anak. Jika disadari bahwa pada masa 9
bulan kehamilan itu adalah bukan masa terbaik dalam menyiapkan diri menjadi
pendidik spiritual anak, termasuk masa 2 tahun setelah anak lahir, maka langkah
yang terbaik adalah untuk menyiapkan diri jauh sebelumnya. Yaitu bahkan ketika anak perempuan lahir
sudah harus dipersiapkan oleh orang tuanya untuk memiliki spiritualitas yang
baik. Sang ibu sebelum menjadi ibu,
sebelum ada berita kehamilan, sudah seharusnya menjadi murid Tuhan dan belajar
firman Tuhan dengan giat serta mempraktekkan pengajaran di Alkitab dalam hidup
sehari-hari. Hanya mereka yang pernah
menjadi murid boleh nantinya mengajar orang lain. Karena dengan demikian ibu boleh mengerti
dengan sungguh-sungguh apa yang harus dipahami oleh anak-anaknya di dalam
mengikut Tuhan. Ibu dari Lemuel ini
mengajarkan sari kehidupan untuk anaknya boleh menjadi seorang yang adil, suatu
kualitas yang utama dalam menjadi raja. Ibu Lemuel tidak bisa mengajari Lemuel keadilan tanpa
sendiri mengerti mengenai keadilan. Itu sebab ibu
Lemuel ini bisa mengajar Lemuel sampai pada level detil mengenai prinsip
keadilan. Dan pengertian ini tidak
didapat dalam waktu 9 bulan. Pengertian
ini bertumbuh seumur hidup mulai sejak bayi.
Persiapan menjadi pengajar spiritual ini jauh lebih sulit daripada
persiapan fisik. Dalam persiapan fisik,
intensitasnya akan menurun ketika sang anak sudah mulai bisa lebih
mandiri. Contoh, ketika anak sudah bisa
makan makanan seperti makanan orang dewasa, maka disitulah ibu tidak lagi perlu
menyediakan makanan khusus untuk anaknya.
Sehingga untuk mempersiapkan makanan tidak perlu dua kali persiapan. Dengan kata lain, intensitas persiapan
makanan untuk anak akan menurun seiring dengan waktu. Tetapi intensitas pendidikan spiritual tidak
akan pernah turun. Justru akan makin
meningkat baik kuantitas maupun kualitasnya.
Disini menjadi ibu bukan hanya menyediakan kebutuhan fisik
anaknya. Kebutuhan spiritual juga harus
dipenuhi. Memang banyak kemungkinan
kesulitan dan komplikasi yang dapat terjadi, misal jika anak sakit atau ada
kondisi tertentu. Saya tidak mau
meremehkan hal itu semua, karena kesulitan dan komplikasi adalah hal yang nyata
yang sangat mungkin sekali terjadi. Yang
hendak saya tekankan disini adalah jangan sampai karena mendesaknya kebutuhan
fisik maka kebutuhan spiritual akhirnya dikesampingkan. Disini saya hendak mengajak semua ibu, calon
ibu, khususnya yang akan melahirkan anak dalam beberapa bulan ke depan,
termasuk para perempuan yang beraspirasi menjadi ibu bagi anak-anaknya, untuk
dengan serius memikirkan pemenuhan kebutuhan anak secara holistik. Diri perlu diperlengkapi dan dipersiapkan
untuk boleh menjadi pengajar spiritual yang seperti dimaksudkan di Alkitab,
disamping juga menyediakan kebutuhan fisik bagi anak. Dengan demikian ibu boleh bertanggungjawab di
hadapan Tuhan dan menyelesaikan tugasnya yang mulia untuk mendidik anak-anaknya
di dalam ajaran Tuhan.
No comments:
Post a Comment